Saudara-saudara kaum muslimin terutama adek-adek para remaja dan pemuda yang saya cintai. Apabila seseoranag akan membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan beberapa pilihan. Sejak dari memilih lokasi di mana rumah itu akan didirikan, sampai kepada menentukan bahan-bahan kualitas yang akan dipakainya, sampai kemudian kepada wujud dan bentuk rumah yang akan ditinggalinya. Demikianlah bahwa untuk membangun sebuah rumah, yang hanya untuk menaungi kehidupan di dunia ini kita mengadakan berbagai macam pilihan. Apalagi kalu kita akan membangun sebuah rumah tangga yang kita harapkan tidak hanya menaungi kehidupan di dunia ini, tidak hanya untuk kepentingan kita saja, tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita di belakang hari termasuk sampai kepada hari akhirat nanti. Oleh karena itu pada pertemuan kali ini saya hanya ingin khusus berbicara kepada adek-adek remaja dan para pemuda bagaimana sebaiknya memilih jodoh menurut ajaran agama Islam. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan yang artinya “Bahwa manusia apapun jenisnya asal dia bernama manusia dihiasi dengan perasaan cinta kepada perempuan”, jadi sejak dahulunya secara fitrah laki-laki seneng kepada perempuan sebagaimana perempuanpun seneng kepada laki-laki. Dihiasi rasa cinta ini dalam kehidupan manusia. Dan oleh karena adanya rasa cinta berkembanglah segala macam persoalan. Sehingga seorang ahli cinta pernah berkata, cinta adalah 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai, 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai-selesai. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari sering kita saksikan bahwa cinta ini bisa mendorong memberikan motivasi yang baik dan cinta inipun bisa juga memberikan dorongan yang tidak baik, oleh karenanya apabila cinta itu ibarat setetes embun yang jatuh di bumi yang subur akan tumbuhlah di atasnya aneka ragam bunga-bunga-an yang harum semerbak indah mewangi, sedap dipandang orang menebarkan rasa aman, damai, sentosa dan begitu selanjutnya, tapi jika cinta itu jatuh di hati yang gersang dan tandus tidak ada yang akan dapat tumbuh di sana selain sirih memanjat batu, kuning daunnya, lemah gagangnya. Maka cinta yang semacam itu tidak akan memberikan dorongan positif kepada seseorang di dalam kehidupannya. Maka lebih dahulu kita akan membicarakan cinta dalam artian yang positif ini untuk nanti sampai kepada perempuan yang bagaimana yang harus kita cintai atau laki-laki yang bagaimana yang harus dicintai oleh seorang perempuan.
Saudara hadirin yang saya hormati cinta dalam artian yang positif, pertama dia selalu mendatangkan keindahan,
yang kedua cinta itu memberikan energi atau semangat untuk berjuang dan
yang ketiga cinta itu selalu membawa resiko dalam bentuk pengorbanan.
Maka cinta yang positif pertama melahirkan
keindahan, di sinilah orang memerlukan filter atau saringan sebab
keindahan yang di dasarkan karena cinta itu merupakan suatu keindahan
yang relative saja. Boleh jadi karena indah orang jadi cinta, boleh juga jadi karena cinta segala sesuatu terasa jadi
indah. Namun bagaimanapun juga kalau hati sudah diliputi oleh rasa
cinta segalanya akan terasa menjadi indah, cinta itu adalah keindahan.
Yang kedua cinta itu energi melahirkan dorongan dan semangat, yang lemah
bisa menjadi kuat, yang takut bisa menjadi berani, yang jauh jadi
terasa dekat, itu semua karena dorongan cinta. Dan dari energi ini
lahirlah yang ketiga bahwa cinta adalah pengorbanan, sehingga orang
berkata berani bercinta artinya harus berani berkorban, takut berkorban
jangan bercinta. Kalau cinta ini kita salurkan kepada nilai-nilai agama
umpamanya yang pertama cinta mendatangkan keindahan kita cinta kepada
agama maka apapun yang diperintahkan oleh agama akan terasa menjadi
indah. Solat akan terasa menjadi indah, puasa terasa menjadi indah,
zakat terasa menjadi indah, jihadpun akan terasa menjadi indah, persis
kalau kita cinta kepada seorang gadis. Jika kita cinta kepada seorang
gadis, apanya saja akan keliatan menjadi indah, jalannya terasa indah,
lenggak-lenggoknya terasa indah, suaranya merdu padahal cemprengnya
bukan main. Seluruhnya akan mendatangkan keindahan karena dasarnya sudah
cinta. Cinta membawa kepada
keindahan. Yang kedua, cinta itu melahirkan energi orang yang cinta
kepada agama akan lahir tenaga dan semangatnya melaksanakan ibadah,
melaksanakan puasa, melaksanakan zakat, melaksanakan solat, melaksanakan
haji bahkan melaksanakan jihad sekalipun. Cinta selamanya menimbulkan
energi dan semangat. Sama saja dengan kita apabila jatuh cinta kepada
seorang gadis, walaupun rumahnya jauh katanya, gunungpun akan kudaki
lautan kusebrangi. Untuk apa itu? Untuk menemui apa yang kita cintai.
Cinta selamanya melahirkan energi, cape tidak terasa, lelah tidak
terasa, semuanya tertutup oleh keindahan yang bernama cinta. Lalu yang
ketiga cinta membawa pengorbanan, apabila kita cinta kepada agama maka
pengorbanan terhadap apapun yang diminta oleh agama, baik itu
pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan pengorbanan nyawa
sekalipun kita tidak akan berat melaksanakannya karena cinta kita kepada
agama yang kita anut ini. Demikian juga cinta kita kepada seorang
perempuan, akan membuat kita rela berkorban, apapun yang dia minta,
jangankan kita mampu, kita tidak mampu sekalipun kita pasti berusaha
untuk mampu guna memenuhi tuntutan si buah hati belahan jantung.
Kadang-kadang malam minggu si do’i ngajak nonton, umpamanya. Duit tidak
ada, gajian belum, kerja
enggak. Timbullah inisiatif entah sepatu kita jual ke tukang loak, entah
celana mampir dulu ke tempat lain, yang penting kita berkorban untuk
memenuhi permintaan si buah hati belahan jantung. Ketika itu pengorbanan
sudah tidak kita rasakan lagi. Bahkan pengorbanan yang paling pedih
sekalipun, dalam gurau dalam bercanda misalnya dicubit kita oleh kekasih
kita, pedih bukan main, terkelupas kulit, mengalir darah, bukan nangis,
nyengir. Malah kadang-kadang minta ditambah dicubit lagi. Itulah
romantikanya cinta sanggup membuat orang berkorban, melahirkan energi
dan semangat menambah keindahan dalam kehidupan sepanjang dia dalam
artian yang positif.
Kalau
demikian masalahnya di dunia yang penuh dengan perbenturan nilai
sekarang ini orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk
membangun rumah tangga yang bahagia. Jangan lupa bahwa membangun rumah
tangga ini bukan hanya untuk satu-dua bulan, bukan hanya untuk satu-dua
taun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia lebih daripada itupun
untuk menunjang kebahagiaan di akhirat. Oleh karenanya memilih jodoh
bukan suatu hal yang mudah, bukan suatu hal yang bisa dilaksanakan
sambil lalu, tetapi memerlukan penelitian, memerlukan pengamatan yang
mendalam. Apa petunjuk agama tentang itu dengan kata lain bagaimana
seharusnya seseorang memilih jodoh dalam kehidupannya. Ini tentu saja
sumbangan moril buat adek-adek remaja dan para pemuda yang lagi
kebingungan memilih jodoh atau barangkali buat bapa-bapa yang kepengen
nambah lagi. Mohon ma’af kepada ibu-ibu saya tidak menganjurkan cuma
ngajarin.
Yang
pertama, menurut Nabi nikahilah perempuan itu karena rupanya, karena
hartanya, karena keturunannya dan karena agamanya. Ada 4 motif utama di
sini, pertama memilih jodoh liatlah rupanya, lagian siapa yang kepengen
dapet jodoh rupanya gak karu-karu-an. Cari rupa yang cantik, indah dan
menawan namun jangan lupa saya katakana di zaman di mana sering terjadi
perbenturan nilai seperti sekarang ini orang sulit untuk mendapat
keaslian. Di mana teknologi sudah sedemikian canggih, di mana ilmu
kedokteran sudah sedemikian maju. Maka berbagai macam rupa dapat
dibentuk dengan apa yang dinamakan operasi plastik. Oleh karena itu
kalau pilihan hanya tertuju kepada rupa yang cantik saja semata-mata
kita sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat besar. Sebab apa
diperingatkan oleh Nabi melalui hadits Ibnu Majah, Bazar dan Baihaki
dari Ibnu Umar, “Janganlah kamu kawini seorang perempuan karena
kecantikannya, sebab kecantikan boleh jadi akan mencelakakan, jangan
juga kamu kawini perempuan karena hartanya sebab kekayaan biasanya akan
mendatangkan kesombongan, tetapi kawinilah karena agama dan akhlaknya
karena itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan”

0 komentar:
Post a Comment